FPPD - Forum Pengembangan Pembaharuan Desa

Desa Cantik Tidak Secantik Namanya

Berpikir Ulang Desa Cinta Statistik (Desa Cantik). Desa Cantik tidak Secantik namanya, demikian ungkapan yang tepat untuk menilai Desa Cinta Statistik (Desa Cantik). Seyogyanya, tujuan adanya Desa Cantik ini untuk memodernisasi potensi desa. Dengan tersedianya data yang valid, pemetaan potensi desa dapat dilakukan dengan baik, sehingga arah pembangunan bisa lebih tepat sasaran dan berpengaruh pada kebijakan pembangunan baik daerah maupaun nasional. 
Desa memiliki peran penting dalam pembangunan, baik sebagai basis SDM dan SDA yang harus diberdayakan guna kesejahteraan masyarakat.  Desa sebagai penyedia data statistik maka dianggap penting . Desa bukan sekedar tempat tinggal penduduk melainkan menjadi sumber data yang berharga bagi perencanaan pembangunan. Bertujuan sebagai:  1). Meningkatkan literasi, kesadaran dan peran aktif perangkat desa/kelurahan dan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan statistik; 2) Standardisasi pengelolaan data statistik untuk menjaga kualitas dan keterbandingan indikator statistik; 3) Optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan data statistik sehingga program pembangunan di desa tepat sasaran. 
Dari paradigma yang dibangun oleh BPS di atas, penulis mengkritisnya pernyataan-pernyataan di atas. Setidaknya dua poin yang akan penulis pertentangkan yakni: Pertama, Desa telah lama menjadi sapi perahan data bagi instansi-instansi supra desa. Dalam satu tahun saja, warga desa akan didatangi oleh berbagai kementerian atau lembaga non kementerian untuk mencari data. Warga desa sebenarnya sampai bosen didatangi dimintai data, wawancara, tanya-tanya tetapi kehidupan mereka masih sama saja. Lembaga dan instansi pencari data akan menggunakan datanya yang diperoleh untuk kepentingan instansinya. Tidak pernah terjadi sharing data antar lembaga atau instansi, terjadi ego sektoral dan BPS menutup mata untuk itu. Seharusnya tema utama Desa Cantik ini adalah Integrasi Data Desa.
Kedua, berbagai instansi dan lembaga ini hanya mengejar angka dan huruf. Jika angka dan huruf ini sesuai indikator-indikator mati yang dibawa maka dikatakan maju. Demikian pula sebaliknya jika tidak sesuai indikator maka dikatakan miskin dan tertinggal. Indikator yang terpapar mazhab modernitas akan mengucilkan dan menafikan kemandirian desa, desa yang mandiri dan mampu berdikari. Selain itu, titik pentingnya bukan kepada huruf dan angka mati, melainkan kesejahteraan rakyat. (Min/Er)

kirim ke teman | versi cetak

 

Minggu, 15 September 2024 18:38:38 - oleh : admin

Informasi "" Lainnya